Sabtu, 16 Februari 2013

Yang Selalu Kuingat

Aku selalu ingat, saat sore ibu mengajakku menatap langit yang hampir gelap,
merangkulku dan bercerita tentang banyak hal.
Tentang langit yang pasti akan cerah kembali, tentang bintang yang akan hadir malam nanti, atau sekadar bercerita tentang mimpinya melihatku meliuk di udara seperti kupukupu putih.
Dan ketika kuminta ia bernyanyi, maka akan ia nyanyikan setiap lagu yang indah dari suaranya  yang tak begitu merdu, namun begitu lembut dan syahdu. Suara yang selalu membuatku rindu.

Aku selalu ingat, saat aku menangis luka ataupun kalah. Maka ibu akan selalu mengatakan bahwa aku tidak perlu takut, bahwa aku selalu memiliki pahlawan yang akan menjagaku sepanjang masa. Dan ketika kutanya pada ibu bagaimana rupanya, maka ibu akan memintaku untuk menatap wajahnya, juga wajah ayah dalam foto yang selalu tersimpan di saku kecil miliknya.

Aku selalu ingat, saat ibu berkata, "Nak.. Jadilah seperti Akasia. Ia tumbuh dengan tangguh, di segala rupa musim dan cuaca". Maka, kini, saat aku sudah bisa melakukannya, kutanam sepohon Akasia di pelataran rumah, bersama tebaran daun kering kesukaan Ibu yang kubiarkan berserakan tergesek angin.
Dan semenjak itu, setiap senja tiba, kulihat ibu selalu menatapi Akasia dengan kerling mata bahagia di atas kursi goyang tua milikinya, juga bersama foto ayah yang tergenggam erat di jemarinya yang kuat.

Ibu, riwayatmu selalu melekat. Seperti cintamu padaku dan suamimu, yang begitu kental dan pekat.
Dan sungguh, padamu pasti aku kembali. Aku menyayangimu, Ibu. 

Rawajati, Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terdepan