Sabtu, 30 Maret 2013

HAMPA: Wujud Kegelisahan Sang Maestro Penyair

“HAMPA” : WUJUD KEGELISAHAN SANG MAESTRO PENYAIR
Sebuah Artikel Analisis Lapis Makna Puisi HAMPA Karya Chairil Anwar

Mengupas lapisan makna dalam tubuh puisi, tentunya tidak bisa terlepas dari faktor ekstrinsiknya. Dalam hal ini, sejarah mengenai terciptanya puisi tersebut serta sang pengarang itu sendiri menjadi penting untuk membangun spekulasi makna yang akan dimunculkan. Setelah mengetahui asal-usul tersebut, maka bisa terbayanglah apa yang terkandung dalam tiap bait puisi yang dicipta. Semua tentu berkaitan dengan emosional pengarang, baik secara pribadi maupun emosional akibat rasa empati pengarang terhadap sekitarnya.
HAMPA
kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pepohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak . Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi.

Tambah ini menanti jadi mencekik 
Memberat-mencengkung pundak
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan tiada
Maret 1943

Rabu, 20 Maret 2013

Hilang

Orang yang selalu ada di samping kita, yang dekat dengan kita, adalah orang yang paling akan merasakan perubahan yang ada pada diri kita, sekecil apapun itu. Sekecil apapun duka yang muncul ia pasti melihatnya. Sekecil apapun bahagia yang tersirat ia pasti menangkapnya. Sekecil apapun cinta yang tumbuh ia pasti memahaminya, dan sekecil apapun kasih sayang yang hilang, ia pasti merasakannya. Ia merasakannya.
****
Belakangan hari-hariku mulai terasa menghambarkan. Entah kenapa. Seperti ada yang kurang atau mungkin hilang. Di sini, di kota seramai ini, di pusat tak terelakan ini, aku justru merasa hening sendiri. Suara-suara bising di sekitarku hanya terasa sebagai hembusan angin yang sekejap pergi. Terasa sejenak lalu hilang, pergi. Seperti merasa sendiri. Itu sungguh menyedihkan.
Aku memiliki kekasih memang. Namanya Nod. Seorang yang sangat aku kasihi, hingga kunamakan ia kekasih. Tapi entah apa yang sedang dilakukannya sekarang. Pesan? Aku tidak mau mengirim pesan lagi. Tiga jam yang lalu aku sudah mengiriminya pesan. Kalau kukirimi ia pesan lagi, bukankah itu hanya akan memperburuk keadaan? Belakangan, kami kerap bertengkar karena ia merasa tidak terbebaskan olehku akhir-akhir ini. Kemarin ia menelefonku dan mengabariku bahwa ia tidak bisa mengirimiku pesan singkat sementara waktu. Karena sedang ada masalah dengan telefon genggamnya.

Terdepan