Sabtu, 16 Februari 2013

Teruntuk yang jauh di negeri seberang benua: Abang

Jika besok adalah harpa, jadilah waktu-waktu ini dawai yang siap dipetik, menjadi acak nada yang harmonis..
Agar bahagia, agar senang rasanya.

Sedang dalam waktu-waktu itu ada kisah-kisah yang bergelayut, brgantungan atau bahkan telah jatuh, gugur dan rapuh. Dan kemudian di antara yang bergantungan atau bahkan telah jatuh, gugur dan rapuh itu ada sekepal kenangan dan sekepal harapan.

Dan esokmu adalah harpa itu Abang.. 
Dalam dawaimu ada kenangan dan harapan tentang seseorang dan tentang tujuan..
Aku Abang... tidak pernah mampu membaca mati arah akalmu, sedang engkau tak pernah berada dalam rona hitam ataupun putih, sebuah abu-abu bagiku.

Sudah Abang, cukupkan hati mu dengan ketenangan, mainkan nadamu dengan keteduhan.
Tak kan habis perkara yang belum saatnya terbaca.
Basuh segala risaumu untuk setiap peluh, juga untuk wanita yang diam-diam merayu hatimu.

Terangkanlah Abang.. Terangkan wajah mu..
Lusa akan ada syahdu nada berlaga merayu-rayu..
Lusa masih ada harapan-harapan menantimu, menunggumu, untuk datang kembali dalam sekelompok hati, ataupun sekeping yang tak mati.


GA - Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terdepan