Sabtu, 16 Februari 2013

Terbiasa

lurus, jauh, menerawang pandang..
di pinggir pantai bersalju, ataupun gunung berpasir
melangkahkan kaki ataupun mengepakkan sayap 
tajam, menikam, setiap sela layang dimensi tertangkap,
dalam merah warna udara, menghirup tajam kehampaan
NOL
dan datang menjadi SATU, LIMA, TUJUH, LIMA PULUH, BANYAK !!
lalu pergi semua bersamaan, seperti pasir yang terhuyung angin.

perlahan semua akan hilang, tapi aku sudah terbiasa, ramai lalu sepi serentak, aku sudah terbiasa, sejuk lalu senyap sekejap, aku sudah terbiasa, mengikhlaskan sejak dini atau bahkan mengusir pergi, agar keramaian tiada ada yang tersakiti, sungguh aku terbiasa, dalam episode akhir di satu alur cerita : hanya aku tokoh utama, aku terbiasa

kering, perasaan, hati, atau bagian lain yang kulupakan
sajak tentang kasih,  tak lagi berbumbu,
hambar tak dapat lidah menyentuh
kerikil, batu, semen yang mengering, menitikkan jejak-jejak keramaian,
dan kemudian hanya tertutup kumpulan debu

lalu kembali berjalan, meniti, menatap tajam ke depan,
seperti sirna warna pelangi itu, lalu kembali pada abu-abu,
lalu kembali dari keramaian, dan membatu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terdepan