Jumat, 22 Oktober 2010

Sore yang indah untuk jiwa yang gundah.


Hari ini, ada awal yang kurang baik. Ada gundah, ada resah..
Seperti biasa, selagi aku masih mampu tersenyum, air mata kan ku simpan untuk esok yang mungkin lebih menyakitkan.

Sore ini, pulang kembali, dengan gundah masih di hati.
Aku bersama kawan-kawan seperti biasa naik mobil milik Jakarta, sebut saja *TJ hehehe
Daaaaann.. zzepp
Tiba saatnya sendiri, aku transit di Matraman, sendiri lagi..
Kunyalakan musik dari hp, mencari lagu yang pas untuk suasana yang pas.
Ku lihat langit mulai mendung.
Masih berjalan pelan di penyebrangan shalter busway, sambil melihat awan sesekali.
Lagu yang berdendang membawaku pada sebuah nama.
(perjalanan di penyebrangan shalter busway pun berakhir) 

Uuppss.. penuuuuhh..
Shalternya penuh, haaah menunggu lagi..
Tapi ternyata tidak lama menunggu sudah ada bus banyak yang datang,
Walaupun penuh akhirnya aku memutuskan untuk ikut bus kedua itu.
Tapi tidak lama berdiri di dalam bus, seorang pria jantan menawarkan ku tempat duduk, hahah (matur nuhun kang :p)
Si akang ngasih tempat buat ku di kursi belakang, pojok dekat jendela,
Nice place, daaaaan saya pun makin terbuai dengan pemandangan langit yang mendung dan lagu yang bersenandung
Waaah awannya berbentuk aneh-aneh, mendung, semua membawaku pada satu suasana, dan satu nama.
Bahkan saat ku pejamkan mata.
Perjalanan yang cukup panjang, buatku banyak merenung, memikirkan, dan langit yang gelap sore itu menambah melankolis gundah hati.
Tapi entah mengapa aku selalu menyukai langit yang sedikit gelap, ada pandangan jauh yang kudapat.

Tiba di shalter terakhir, aku turun.
Masih berjalan sedikit lesu, dan langit semakin gelap, anginnya sangat bersemangat, seakan ingin membawaku yang sedang asyik berjalan di trotoar jalan, sendiri.
Hahah rasanya asyiiiikk, seperti dalam film-film, dengan backsound lagu yang mantap, dan suasana yang sedap :)
Lalu, angkot selanjutnya sudah datang, ku lanjutkan saja perjalanan,
Masih gundah, masih gelisah, semua berkecamuk dalam pikiran dan rasa.
Tentang perasaan yang abstrak dan satu nama.
Sudah sampai di tujuan berikutnya,
Seperti biasa aku memilih berjalan kaki untuk sampai ke rumah. Melewati jalan setengah raya, yang di dampingi pohon-pohon besar di kanan-kiri sisi.
Menikmati setiap langkah yang ku buat dan setiap pemikiran yang menggeliat.
Langit sudah terlalu gelap kali ini, perlahan kurasakan rintik air mulai menyapa.
Sepi, tiada satupun wajah.
Hujan semakin deras dan basah, disapu angin yang kencang mencari senja.
Waaah aku tidak bisa nekat, tak bawa payung pula.
Tapi tarian angin yang membawa air hujan itu semakin menggodaku untuk ikut menari bersamanya, untuk ikut basah! Mungkin sebagai pengganti air mata :)
Eeh, tapi ku ingat, si HP sedang sakit, bisa mati dia. Haha
Lalu aku berteduh di pinggir rumah seseorang yang pasti tak ku kenal. Sendiri lagi,
Tapi tiba-tiba saja aku merasa sangat senang, tersenyum, begitu khidmat.
Suasana yang ku rindukan di suasana hati yang tak meng-enakkan.
Sendiri, menatap jalan sepi separoh raya, bersama hujan deraass dan angin kencang, sambil mendengarkan lagu dan membawa semua perasaanku.
Aku sangat menyukai saat itu, sangat menyukainya!
Bau tanah basah yang terbasuh air hujan, belaian angin kencang yang berlari liar,
Aku menyukainya, dan berharap setelah ini tiada lagi ada duka
~ terimakasih Tuhan, untuk sore indah yang Kau beri ~

For the memorable time. Terimakasih kepada :
-          Langit, hujan, dan angin

                                                   Dinda Hn

2 komentar:

  1. keren din beruntung lu naik busway gua mah keujanan di jalan haha

    BalasHapus
  2. heheheh .. lo juga masih beruntung bisa keujanan, gue mau mandi ujan, inget si HP yang rusak :D

    BalasHapus

Terdepan