LINGUISTIK : BUKAN SEKADAR TEORI BELAKA
Secuil Pandang Kapita Selekta Linguistik
Dinda HN
Penting Ya Belajar Bahasa?
Tidak perlu mengelak atau memungkiri kenyataan bahwa selama ini pembelajaran bahasa sering kali dianggap sepele atau diabaikan, apalagi bahasa negara sendiri. Padahal bahasa merupakan ikhwal penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya satupun bidang kehidupan manusia yang tidak menyinggung unsur bahasa. Sebagai contoh adalah kegiatan berkomunikasi. Komunikasi sendiri merupakan kegiatan terpenting yang membuat manusia mampu saling berinteraksi, membangun hubungan, mencipta konsep, budaya, serta mampu bersosialisasi sehingga dapat membangun sebuah sistem kehidupan yang harmonis. Dalam berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Jadi, terbayang kan betapa penting dan fundamentalnya bahasa bagi kehidupan manusia?
Maka, atas dasar tersebut, rasanya tidak berlebihan jika tiap individu seharusnya perlu mempelajari dan mengetahui dengan baik setiap hal fundamental yang sangat berpengaruh dalam hidupnya, termasuk bahasa.
Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, kajian tentang bahasa telah bermula pada zaman
Yunani (sekitar tahun 500 SM). Hal tersebut terkait dengan adanya penemuan
kajian orang-orang India yang didasarkan pada hasil kajian Panini pada abad
ke-17, yang terkenal dengan tata bahasa Sanskrit Panini. Hingga saat ini kajian
bahasa terus berkembang.
Linguistik Mikro menelaah bahasa secara internal. Struktur internal bahasa mencakup apa yang tergambar lewat segitiga hierarki: hierarki fonologi, gramatikal, dan referensi. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur-unsur pembentuk bahasa yang termanifestasikan dalam keutuhan struktur bunyi bahasa secara (baik segmental maupun suprasegmental).
Berdasar pada ketentuan tersebut, hierarki referensi terbagi lagi menjadi referensi leksikal dan referensi gramatikal. Referensi leksikal mempelajari makna otoritas suatu kata, sedangkan referensi gramatikal mempelajari makna kata dalam satuan struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, kalimat. Studi linguistik mikro merupakan studi dasar linguistik untuk pengembangan penelaahan bahasa selanjutnya.
Penelitian
terhadap aspek internal bahasa yang begitu pesat serta menghasilkan banyak teori
mengenai bahasa ternyata sangat membantu terhadap penelitian di berbagai bidang
ilmu. Oleh karena itu, muncullah linguistik makro yang mempelajari hubungan bahasa
dengan bidang ilmu lain (interdisipliner). Beberapa cakupan linguistik adalah: psikolinguistik, sosiolinguistik,
neurolinguistik, antropolinguistik (etnolinguistik), dialektologi, filsafat
bahasa.
Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik (berasal dari kata Latin lingua ‘bahasa’).Linguistik menjadi satu cabang ilmu yang mempunyai disiplinnya sendiri. Sebagai satu cabang ilmu yang mandiri, Linguistik juga memiliki taksonominya sendiri. Taksonomi tersebut akhirnya membentuk subdisiplin linguistik.
Secara
umum, linguistik mempelajari segala hal yang berkenaan dengan bahasa, baik
aspek internal maupun eksternal. Khusus mempelajari aspek internal bahasa
disebut juga dengan ‘linguistik mikro’, sedangkan mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa disebut juga dengan ‘linguistik
makro’.
LInguistik Mikro dan Makro
Linguistik Mikro menelaah bahasa secara internal. Struktur internal bahasa mencakup apa yang tergambar lewat segitiga hierarki: hierarki fonologi, gramatikal, dan referensi. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur-unsur pembentuk bahasa yang termanifestasikan dalam keutuhan struktur bunyi bahasa secara (baik segmental maupun suprasegmental).
Fonologi mempelajari
bunyi bahasa yang keluar dari alat artikulasi manusia dan bunyi bahasa sebagai
pembeda makna.
Gramatikal
mempelajari mengenai susunan tata bahasa, bagaimana struktur bahasa dibentuk
hingga dapat berterima.
Sedangkan referensi, mempelajari makna bahasa dari segi
internal dan tanpa dipengaruhi oleh faktor luar bahasa.
Berdasar pada ketentuan tersebut, hierarki referensi terbagi lagi menjadi referensi leksikal dan referensi gramatikal. Referensi leksikal mempelajari makna otoritas suatu kata, sedangkan referensi gramatikal mempelajari makna kata dalam satuan struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, kalimat. Studi linguistik mikro merupakan studi dasar linguistik untuk pengembangan penelaahan bahasa selanjutnya.
Meskipun kajian makro linguistik merupakan kajian antarbidang ilmu, namun fokus kajiannya tetap dilakukan dari sudut pandang linguistik. Contohnya, psikolingustik yang merupakan gabungan dari psikologi dan linguistik.Psikolinguistik, mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan psikologi atau psikologi dari sudut pandang bahasa. Sama halnya dengan sosiolinguistik, mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan sosiologi atau sosiologi dari sudut pandang bahasa.
Ini Dia Posisi Linguistik dalam Penerapan!
Baik
mikro linguistik maupun makro linguistik penelitiannya tentu bersifat teoretis,
yang artinya kegiatan penelitian bertujuan untuk menghasilkan teori. Namun,
sebagai suatu ilmu, kepentingan linguistik tentu tidak terhenti pada sebatas
menghasilkan teori, akan tetapi berlanjut pada penerepannnya dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak orang yang menyangka bahwa mempelajari tentang bahasa
sebatas mempelajari teori, padahal lebih dari itu. Setiap teori-teori yang
muncul dari ilmu linguistik nyatanya sangat membantu dalam aplikasi berbagai
bidang keilmuan. Dalam artikel ini akan diangkat beberapa contoh yang merupakan
sebagian kecil dari banyak manfaat linguistik dalam penerapan di berbagai
bidang kehidupan.
Dalam
kaitannya dengan bidang ilmu kedokteran, kajian-kajian linguistik tentang
struktur internal bahasa, nyatanya mampu memberikan pencerahan serta peran
besar dalam penelitian-penelitian neurologi (saraf), maka muncullah subbidang
neurolinguistik. Pada neurolinguistik, bahasa digunakan sebagai salah satu alat
bantu penelitian berbagai gangguan-gangguan yang terjadi. Objek utama dari
neurolinguistik adalah masalah-masalah kebahasaan akibat gangguan saraf yang
pertama kali diajukan oleh Wernicke dan Broca. Pengaruh linguistik tersebut sangat besar peranannya dalam menunjukkan posisi-posisi kesalahan apa saja yang terjadi dalam berbahasa atau berbicara akibat adanya gangguan pada saraf tertentu.
Teori mengenai bahasa juga akhirnya mampu menjadi alat terapi bagi
penderita gangguannya. Misalnya, ketika ada kesulitan terhadap pengucapan bunyi
fonem tertentu akibat gangguan pada sistem saraf. Teori mengenai artikulator
dapat sangat membantu dalam hal terapi alat wicara akibat gangguan berbicara.
Kemudian
dalam psikolinguistik juga teori tentang bahasa sangat berguna dalam pemaparan
serta penelitian terhadap proses pemerolehan bahasa anak. Berbagai penelitian
oleh pakar bahasa dilakukan untuk mencari tahu mengenai bagaimana anak
memperoleh bahasa dan hubungan lingkungan sekitar terhadap pemerolehan bahasa
tersebut. Mulai dari teori mekanisme bawaan, tabula rasa, hingga pencapaian
pada teori kognitif. Akibat adanya teori-teori tersebut, kita bisa tahu bahwa
ada fase-fase khusus pada pemerolehan bahasa anak di mana perkembangan bahasa
anak sangat pesat. Fase-fase tersebut sudah dikategorikan lewat usia-usia
perkembangannya, sehingga pada anak normal, dapat diketahui kapan proses
pembelajaran bahasa anak sedang dalam masa optimal dan bagaimana mekanisme
pemerolehan bahasa anak. Dengan begitu orang tua bisa memanfaatkan pengetahuan
tersebut agar bisa memberikan pembelajaran bahasa yang baik serta maksimal
terhadap anak.
Selain itu, psikolinguistik juga memberikan pengetahuan mengenai pemerolehan bahasa kedua dan pengetahuan tersebut juga sangat bermanfaat dan memang dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan bahasa kedua (selain bahasa ibu) kepada anak.
Selain
sumbangsih besar dalam ilmu kedokteran serta dalam perkebangan bahasa anak,
masih banyak lagi penerapan bermanfaat dari subbidang linguistik yang
manfaatnya bisa dirasakan. Bahkan pembelajaran filsafat bahasa pun mampu
memberikan dampak yang besar. Kita sadari atau tidak, dengan mempelajari
filsafat bahasa membuat kita menjadi lebih kritis dalam menyikapi setiap wujud
bahasa yang kita lihat atau dengar. Bahasa memiliki kelemahan dari
sifat-sifatnya, keproduktifan bahasa dalam penggunaannya juga bisa memunculkan
ketaksaan makna. Namun, filsafat bahasa dapat mengatasi itu semua. Dari
filsafat bahasa kita bisa memahami bahasa secara fungsional dalam penggunaannya
sesuai konteks dan tempat di mana bahasa itu dimunculkan. Kita dapat menjadi
pemakai bahasa yang lebih cerdas dan peka terhadap setiap fenomena atau wujud kemunculan bahasa tersebut.
Kesimpulannya?
Mempelajari
dan membahas perihal bahasa memang tidak ada habisnya, karena bahasa merupakan
aspek dasar yang menyentuh setiap bidang kehidupan manusia. Mempelajari bahasa
membuka jalan dan wawasan kita terhadap berbagai persoalan. Bahkan dengan
mempelajari bahasa suatu wilayah kita bisa dengan lebih mudah memahami dan
menyatu dengan wilayah tersebut. Maka, linguistik sebagai ilmu tentang bahasa
memiliki peranan yang sangat penting sebagai ilmu yang mempelajari hal dasar
yang dibutuhkan manusia.
Inspirasi Pemikiran
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Peranan linguistik bukan hanya sekadar teori seperti yang diperkirakan banyak orang yang belum paham akan itu. Peranan linguistik sudah berupa terapan-terapan dalam berbagai segi kehidupan, bahkan ditandai dengan kemunculan bidang makrolinguistik.Karena, memang (secara disadari atau tidak) dalam setiap tindak-tanduk, kegiatan, serta setiap bidang kehidupan, kita menggunakan dan memerlukan bahasa dalam praktiknya. Mungkin pemahaman akan hal tersebut perlu disosialisasikan agar kita lebih menghargai keberadaan bahasa serta ilmu yang mempelajarinya: linguistik.
****
Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ceramah Kuliah Dosen (Khususnya: Prof. Achmad HP dan Prof. Dendy Sugono)
Ceramah Kuliah Dosen (Khususnya: Prof. Achmad HP dan Prof. Dendy Sugono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar