Minggu, 07 April 2013

Mitos Sindrom Kekosongan (?)

Hai.. Ni Hao.. Hello..

Agak berat yah judul entri saya kali ini? Hehe tapi sebenarnya sih gejalanya cukup sederhana dan sering banget terjadi di sekitar kita. Yap, berawal dari kehadiran salah satu teman yang tiba-tiba menceritakan kegalauannya dengan begitu ekspresif setelah putus dari sang kekasih, dia cerita ke saya dan beberapa teman lainnya. Nah, dari interaksi itu lah muncul celetukan-celetukan nasihat yang cukup menarik, juga muncul kalimat-kalimat kegalauan dan keputus-asaan yang keluar dari bibir si terdakwa. Saya sih gak banyak komentar, takut-takut nanti malah makin runyem. hehe

Galau? Putus Asa? Kecewa? Menyesal? Marah?
Wajar sih mengalami hal kayak gitu setelah putus. Setiap orang yang waktu menjalani hubungan niatnya gak cuma main-main atau mainin anak orang pasti akan ngerasa kayak gitu. Kadang otak jadi gak sinkron, semua perasaan itu campur aduk, apalagi kalau merasa jadi pihak yang di- bukan me- (padahal belum tentu). Saya juga pernah mengalaminya, kadang jadi lucu sendiri kalau inget, lucu lucu pahit. Haha. Ya tapi kembali kita mau belajar apa tidak dari apa yang kita alami. 
Luka yang sudah tergores memang gak bisa sembuh total, tapi maaf bisa jadi hal yang membuat kita melupakannya. Entah itu meminta maaf atau memaafkan. Keduanya sama baiknya saya rasa. *rambut berkibar*

Nah teman saya ini (sebut saja Kamboja/Boja) sedang mengalami hal tersebut. Pendek kisah dia putus sama sang pacar. Kesepakatan sih katanya, tapi ternyata Kamboja cukup terpukul akibat masa pacaran yang sudah hampir 3 tahun. Kenangan-kenangan indah waktu PDKT dan awal pacaran membuat dia semakin tersiksa bagai terjebak di kubangan air raksa. -___-  Ditambah lagi apa yang kerap mereka lalui bersama. -______-"
"Yaelah namanya juga PDKT, awal pacaran, ya jelas lah masih bahagia, biasa kalee.. kalau udah tahu busuknya masih bahagia itu baru LUAR BIASA Bo!", ucap salah satu pendengar, (sebut saja) Mawar, dengan emosi berguguran. 
"Dulu padahal gue pikir dia jodoh gue, gue pikir, gue pikirrrrrr.. soalnya dia juga mikir gitu... tapi ternyataaaa.. tidaaaak!", teriak Kamboja histeris (maaf cerita agak berefek hyperdramatis, akibat tuntutan keisengan penulis).
Yap, singkatnya begitu deh, Boja masih belum percaya semuanya berakhir, kisah yang telah lama terukir. Tapi begitulah takdir, dan bukankah masih mungkin kelak mereka akan bertemu lagi di suratan termahir? :)

Nah, di tengah kegalauan Boja yang memBOJABUTA itu, semua pihak pendengar langsung merasa tersanjung karena merasa bisa menjadi psikolog spesialisasi perasaan buat Kamboja. Satu per satu dari tim pendengar memberi saran, berikut kutipannya (semua nama disamarkan demi keselamatan penulis):

Bobi : Udah Bo, mending lo cari kegiatan apa kek di kampus, sibukin diri, biar lupa sama dia. Lo jangan ketemu dia dulu. (saran ini justru membuat Boja ingin pindah jurusan, bahkan pindah kampus, karena ternyata dia satu jurusan bahkan satu kelas sama mantannya) #GAGAL

Mawar : Udeh Bo, lo makan aje yang banyak, jajan-jajan, seneng-seneng aje, lo main tuh tiap malem minggu ke rumah gue biar kagak iseng, gak inget sama die. (saya agak bingung sebenarnya siapa yang kesepian? -___-) #KAYAKNYA GAGAL

Tejo : Bener Bo kata Mawar, Udeh ikhlasin aja, nanti juga ada yang lebih baik lagi. #AMBIGU-GAGALPAHAM

Naaah!! Kalimat Tejo yang bilang "nanti juga ada yang lebih baik lagi" membuat Boja bengong dan tiba-tiba bilang, 
"Cariin gue pacar lagi kek."
Singkat, padat dan jelas! 
Padahal maksud Tejo mungkin bukan mengarah ke sana, atau memang mengarah ke sana? atau hanya perasaan Kamboja saja? atau Mawar yang salah? Yasudahlah ~

*Fokus lagi* 
Itulah poin pembicaraan kita kali ini (akhirnya narasi pengantar berakhir juga). Yap, tentang MITOS SINDROM KEKOSONGAN. 

(poto: http://dibace.com/kemper/cord-lagu-cinta-hampa.html)
SINDROM KEKOSONGAN biasanya dialami seseorang yang baru putus dan merasa hampa karena kehilangan orang yang biasa bersamanya. Apalagi seperti kasus Kamboja yang pacaran sudah cukup lama, satu jurusan, satu kelas pulak! Nah kebiasaan orang pada titik kekosongan ini akan mencari pelarian secara sadar atau tidak, atau setidaknya punya hasrat yang mengarah ke bentuk pencarian seseorang yang bisa menutupi kekosongan hatinya. Hasilnya, pada titik ini, orang yang baru putus akan mengalami kebimbangan, kehampaan, dan akan mudah jatuh hati pada seseorang yang dekat dengannya. Nah, makanya muncul mitos:
orang yang baru putus hubungan gampang dideketin (?)
Saya sih kurang setuju dengan mitos itu. Kayaknya tidak semua orang seperti itu ya? *elus-elus jenggot*
Menurut saya justru ketika baru putus, harusnya kita bisa memberikan kesempatan buat hati dan pikiran kita. Kita harus menjadi manusia yang belajar. Hati dan pikiran kita ibaratnya butuh udara segar dan butuh titik netral untuk bisa mengawali semua dari angka 1 (kenapa bukan 0? karena kita harusnya sudah punya modal pengalaman).
Di kasus ini, pikiran Boja yang minta cari pacar lagi itu agak WOW. Berarti dia belum bisa mematahkan mitos itu. Padahal Boja harusnya paham, dia harus memberikan ruang netral dulu untuk hati dan pikirannya, karena bisa saja ketika dia membiarkan orang masuk begitu mudahnya, itu hanya bentuk pelariannya. Apalagi kalau tipe-tipe pacar Boja yang baru gak beda jauh sama yang lama. Nah perlu dipertanyakan deh tuh. Kan kasihan kalau akhirnya cari pacar cuma karena kita sedang mengalami sindrom kekosongan. Maka dari itu perlu menetralkan diri supaya bisa jelas alasan kita cari pacar lagi. 
Kita aja pasti gak mau kan jadi objek pelarian doang? Makanya lebih berhati-hati menjaga hati. #aseek.

Saya jadi ingat, sekitar pertengahan tahun lalu (2012) pernah ada yang bilang ke saya dan teman-teman perempuan lainnya, sebut saja namanya Bintang (laki-laki, mahasiswa semester akhir), dia bilang:
Perempuan itu kayak monyet, gak bisa lepas dari dahan yang satu kalau belum menemukan dahan lain.
WOW banget kan? Betapa kontroversialnya pernyataan itu dan tentu menuai banyak kritikan. Tapi sekarang saya justru berterimakasih sama pernyataan yang sebenarnya merupakan kritikan sarkasme itu. Karena gara-gara itu saya jadi punya tekad untuk membuktikan saya tidak seperti itu. Dan tidak semua orang seperti itu. Dan saya rasa Kamboja juga bisa membuktikan dia tidak seperti itu.

Sebenarnya apa yang Bintang katakan juga bisa berlaku tidak hanya untuk mengkritik perempuan, tapi lebih tepatnya seluruh orang tanpa pandang gender, yang mendapati dirinya seperti itu. Malah jangan-jangan itu pengalaman Bintang sendiri? (Wah baru sadar, besok cengin ah~)

Pernyataan Bintang juga mengajarkan saya, bahwa kebahagiaan saya bergantung pada diri saya sendiri, dan rasanya cukup menyenangkan memberikan kesempatan diri untuk menjadi netral dan tahu bahwa ternyata kita mampu mengatur kebahagiaan kita. Dan tentu memberi waktu untuk "melihat-lihat kondisi". Hehe

Wajar kok merasa kosong, hampa, tapi sejauh apa kita kuat kan mengaturnya? Kadang saya juga merasa kosong, lemah, apalagi ketika titik-titik merasa rendah diri dan trauma munucul. Tapi ya akhirnya motivator terbaik ya diri sendiri (usaha 'keras' di titik manusia) dan Tuhan (di luar kemampuan manusia).
Menangislah hanya pada sosok yang tepat. Karena mungkin ada orang yang lebih butuh senyuman kita. :')
Kamboja punya keluarga yang bisa mengisinya, punya teman-teman yang bisa mengisinya tanpa menuntut soal cinta-cintaan. Dia bisa memberikan ruang terlebih dahulu untuk dirinya bernafas dan memikirkan hal lain yang saat ini jauh lebih penting. Kelak ketika hatinya sudah netral mungkin Kamboja bisa siap lagi menemukan (?)
"Semua akan indah pada waktunya Bo..", Ucap saya sambil merasa agak bersalah karena sok bijak, setelah mengeluarkan pendapat saya pas Boja minta cariin pacar lagi itu tuh. 
*Gue aja belum, dia minta cariin. Bah!*
Tapi sepertinya teman-teman yang lain juga setuju. Kita emang gak perlu harus bergantung di pohon lain ketika lepas dari satu pohon. Kita bisa jalan, bisa terbang, bisa berenang, bisa diem aja, bisa santai-santai, tidur-tiduran, makan mie ayam, makan pecel, makan gado-gado, makan kebab, jalan-jalan naik transjakarta, apa lah yang penting bahagia .. :D

Akhirnya sepertinya Kamboja mulai mengerti apa yang harus dia lakukan, dengan mata berbinar dia mulai menatap lagi masa depan.. *tsaah*
Terus tiba-tiba Bobi yang gak doyan mikir berubah menjadi "Bobi Teguh" ketika dia bilang:
Intinya orang kuat itu orang yang bisa menguatkan dirinya sendiri, gak selalu bergantung sama orang lain. Gitu Bo..
Maka, semua orang yang sedang berbincang di malam itu pun menganga-nganga, dan pembicaraan pun ditutup akibat hal ajaib itu. Saya sendiri hampir menangis terharu, mengetahui Bobi bisa menyimpulkan sebaik itu. Sedangkan Kamboja tersenyum lebar, bahkan tertawa (entah lebih karena apa). Ah yang penting terimakasih Bobi.. :))

Ya begitulah kiranya tentang mitos sindrom kekosongan yang masih menghantui kehidupan masyarakat kita. Banyak sih kasusnya di Indonesia. Misalnya aja tuh waktu ada artis yang sedang galau akibat cerai, kemudian terombang-ambing mungkin, tapi gak lama dia malah udah nikah lagi sama 'pembimbing' psikisnya, gak lama lagi udah cerai aja. Mungkin dia belum memberikan hati dan pikirannya kesempatan bernapas. *Gak sengaja nonton acara berita artis gitu. Muehehe*

Saya sendiri masih belum sempurna menata perasaan. Kadang ketika ada masalah memang gak mudah melupakannya. Tapi coba aja dulu buktikan kita kuat, seperti yang Bobi bilang.
Mungkin ketika mau menangis ya menangis aja lah. Gak salah. Tapi jangan lupa untuk menghapusnya, gak perlu tunggu orang lain, kita masih bisa kok menghapus sendiri. Bukan berarti egois, tapi cuma mengurangi ketergantungan, agar bahagia bisa jadi lebih sederhana rumusnya. Hehe
Sama-sama belajar aja, seperti Kamboja teman saya yang mau belajar, dia hebat. Saya juga belajar dari dia. Saya belajar dari Bobi, Mawar, Tejo, bahkan Bintang. 

Ya, istirahat memang perlu dalam segala kegiatan kita..

agar bahagia lebih sederhana~
(poto: kisspetre - http://kisspetre.deviantart.com)
Tetap belajar jadi orang kuat! Jadi wanita kuat! Hidup Kamboja!!!


*
Oh ya, buat pembaca mohon doanya ya supaya nenek saya bisa segera sembuh dari penyakit stroke-nya. Telimikici :)))


Kembali lagi, semua tergantung pilihan kita masing-masing.. Salam karya! :D

Kalibata, April 2013
Segenap doa untuk Boja :)

4 komentar:

  1. pembahasan galau yang mendalam, hehehe.
    untuk Boja semoga cepat "move on"
    untuk dinda semoga cepet punya sandaran hati
    dan semoga lekas sembuh untuk nenek dinda.

    BalasHapus
  2. aku doain semoga neneknya cepet sembuh. Allahuma isyfi mardhaha wa mardha muslimin, allhumma anzil alaiha syifaaka ya rabba alamain.

    nasib temen lo sama ama gue nih hehehe dan beberapa jam seblum baca tulisan kamu ini, saya menguatkan diri sendiri dengan kata2:kalau selama ini kamu telah memanjakan orang lain, sekarang waktunya kamu memanjakan diri sendiri. hehe

    BalasHapus

Terdepan