Kita tidak bisa menepikan segala waktu yang disediakan Tuhan
Kemudian pintapinta seakan menjerit menyebut engkau
Debaran telah tersisa dari pertemuan sebelumnya
Mata, cahaya, sukma
Ada yang merdu di luangluang kalbu
Kuisi dengan lantun doa, dan terselipnya namamu
Tak terduga
Tak terbata
...
Kita tak pernah bisa menepikan waktu yang disediakan Tuhan
Aku tak bisa
Kau pun serupa
Selaras rindu yang tak tersebut
Jumpa itu kian datang dan menasbihkan getaran lembut
Terang memagut
Siapakah engkau?
yang membawa rindang di hamparan padang gersang
Siapakah engkau?
yang melabuhkan keteduhan dalam kerap pertemuan tak terkirakan
Siapakah engkau?
yang menyebut nama dengan senyum di mata cahaya
...
Tuhan,
siapakah dia?
yang kutulis sebait kata dalam kitabnya: terimakasih, terima.
Rawajati, Akhir Agustus 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar