Agak berat yah judul entri saya kali ini? Hehe tapi sebenarnya sih gejalanya cukup sederhana dan sering banget terjadi di sekitar kita. Yap, berawal dari kehadiran salah satu teman yang tiba-tiba menceritakan kegalauannya dengan begitu ekspresif setelah putus dari sang kekasih, dia cerita ke saya dan beberapa teman lainnya. Nah, dari interaksi itu lah muncul celetukan-celetukan nasihat yang cukup menarik, juga muncul kalimat-kalimat kegalauan dan keputus-asaan yang keluar dari bibir si terdakwa. Saya sih gak banyak komentar, takut-takut nanti malah makin runyem. hehe
Galau? Putus Asa? Kecewa? Menyesal? Marah?
Wajar sih mengalami hal kayak gitu setelah putus. Setiap orang yang waktu menjalani hubungan niatnya gak cuma main-main atau mainin anak orang pasti akan ngerasa kayak gitu. Kadang otak jadi gak sinkron, semua perasaan itu campur aduk, apalagi kalau merasa jadi pihak yang di- bukan me- (padahal belum tentu). Saya juga pernah mengalaminya, kadang jadi lucu sendiri kalau inget, lucu lucu pahit. Haha. Ya tapi kembali kita mau belajar apa tidak dari apa yang kita alami.
Luka yang sudah tergores memang gak bisa sembuh total, tapi maaf bisa jadi hal yang membuat kita melupakannya. Entah itu meminta maaf atau memaafkan. Keduanya sama baiknya saya rasa. *rambut berkibar*