Bermula dari kegiatan dadakan yang tidak berkegiatan (read : bengong), tiba-tiba aja sekelibet (entah ini bahasa mana -,-a) saya kepikiran tentang yang namanya kaum “alay” dan fenomena “ke-alay-an”nya.
Gini loh mbasist, masbro.. sebenernya ini sih curahan pertanyaan hati saya aja tentang fenomena apa aja sih yang bikin seseorang bisa disebut “alayers”? Nah setelah beberapa hari sempat bergabung dengan TIM PKAIndonesia untuk melakukan penelitian dengan case “apa saja yang menyebabkan seseorang disebut alay?” berikut ini nih fenomena yang menurut penelitian TIM PKAI (Pengamat Kebahasaan Alay Indonesia) udah pasti menjadi fenomena disebutnya seseorang sebagai seorang “alayers”:
- Biasanya mereka yang tulisannya kecil GEDE kAyAk gInI nIh masuk ke kategori alayers
- Nah ditambah lagi simbol abjad-abjad yang udah disepakati sebagai alfabet internasional itu juga diubah-ubah seenake ndewe seperti misalnya penggantian posisi /g/ diganti dengan /9/, /a/ diganti dengan /4/, /o/ diganti dengan /0/, /e/ diganti dengan /3/ nah katanya sih biar dianggap 9403L (read : gaul) gituuu.. heheh
- Selain itu biasanya juga penambahan konsonan atau vokal yang sangat berlebihan dan mubazir tanpa perubahan makna yang berarti, yang bikin si pembaca makin pusing pas ngebacanya misalnya k4yUaa 9iNih NiCh.. *___*
Nah tiga hal di atas tersebut merupakan tiga ciri fenomena pertama yaitu fenomena tertulis yang menyebabkan seseorang dapat dituduh sebagai agen alayers di Indonesia. Mengapa tertulis? Karena biasanya yang paling mudah membuat seseorang di’judge’ sebagai seorang alay adalah dari tulisan yang ia buat, dan kalau kata kakak, mas, om dan tante-tante psikolog biasanya bentuk dan gaya tulisan seseorang mencerminkan kepribadian orang tersebut wew |WARNING!!| .
Then, how with others phenomenon?
Well, next saya akan ngebahas tentang the second phenomenon of Alayers..
Nah fenomena kedua ini mungkin belum terlalu konvensional untuk disebut sebagai ciri-ciri seorang alay, karena dari segi tulisan belum tentu mencolok seperti fenomena pertama yang saya jelaskan tadi.
Eitss.. tapi tunggu dulu, biasanya orang-orang yang mengalami fenomena pertama dengan 3 ciri di atas tadi, juga mengalami fenomena kedua ini. Belum jelas pasti bagaimana hubungannya secara ilmiah sebab keterkaitan antara fenomena pertama dan fenomena kedua yang akan saya bahas ini. Tapi mungkin saya secara awam bisa menangkap bahwa hubungan emosional munculnya dua fenomena tersebut secera beriringan/keterkaitan adalah karena adanya sifat dari dalam diri pelaku yang selalu ingin tampak di permukaan, menonjol, terlihat, dan haus perhatian massa. Yak kira-kira begituu *dikutip dari hasil penelitian bersama TIM PKAI yang menggunakan teori Ngasalrius dalam bukunya Menguak Misteri Alam Alay, <(‘,’)/
Kalau begitu langsung saja kita menuju TKP pembahasan, majuuuuu grak!
>> The Second Phenomenon <<
Hmmm begini mas-mas dan mba-mba sekalian, pasti dari sekian banyak manusia Indonesia yang berkeliaran di jejaring sosial dunia maya, lebih spesifiknya lagi yang kita kenal dengan FACEBOOK *jreng jreeeng..
Ada yang berpikir bahwa seorang ALAY adalah mereka yang paling sering status update dengan isi yang ga penting-penting amat, misalnya cuma bilang “aduh lagi pusing”, “baru bangun nih”, “lagi sebel sama orang nih, ada yang bisa nenangin gue ga yuah..”, “yuah jomblo lagi duech, tapi iz okey gue kan cewe kuat”, “duch malming sendirian,huft.. siapa yaa pangeran yang bakal dateng ke rumah gue???”, “makan bubur ada yang mau?”, “ih sebel deh ganti hp lagi, kebanyakan duit nih huft” (-,-‘), “lagi pups nih siapa yang mau ikut?”, “ternyata dia ga suka sama gue bla bla bla hiks”, “aduh pucing nih pala, kenapa ya?” – dan banyak lagi yang ga bisa saya ungkapkan satu per satu hehe. Pokoknya setiap detik setiap menit selalu dan selalu update status setiap gerak-gerik kehidupannya, apapun yang terjadi sama diri dia pokoknya di update ke status di FB deh, bahkan lagi bernafas pun bisa dijadiin sebagai ‘update status’. Kita sebut saja ini sebagaaaaiiii fenomena ‘over-active’ *jreng jreeeng...
Nah belakangan hal-hal yang kayak gitu di facebook dianggap annoying oleh para penikmat FB lainnya, apalagi kalau ditambah dengan karakter penulisan seperti yang saya jelasin sebelumnya tadi, wah biasanya itu langsung memancing emosi dan bikin tangan gatel buat ngeremove. Mungkin kalau ga kuat-kuat iman, kita bisa kalah dengan emosi tersebut tanpa mempertimbangkan hal-hal lainnya (-..-‘)
Yaa begitu lah.. belakangan semua menjadi berubah, padahal dahuluu semua begitu indah (loh??)
Hehee intinya, disebutnya fenomena ‘over-active’ itu sebagai fenomena ke-alay-an, tidak langsung terjadi saat awal mula facebook mulai dikenal oleh banyak pengguna jejaring sosial di dunia maya. Tapi setelah hari demi hari berganti dan waktu terus berjalan, baru fenomena ini mulai diakui dan dirasakan sebagai fenomena ke-alay-an.
Mengapa? Banyak alasan yang tidak semua bisa dijabarkan. *ngeles :O
Mungkin karena seiring berjalannya waktu penggunaan FB lebih dimaksimalkan untuk hal-hal yang lebih “berisi”, sehingga hal-hal yang kurang “berisi” dianggap sebagai pengganggu yang cuma ‘nyampah’. Terus, mungkin karena sifat manusia yang selalu bergerak (dinamis) termasuk pada pemikiran yang dinamis, jadi peluang merasa jenuh terhadap sesuatu itu sangat besar. Nah kejenuhan menghadapi keluhan-keluhan, update kurang penting, dan bentuk-bentuk tulisannya yang aneh yang muncul di HOME FB itu bisa jadi merupakan salah satu sebab mengapa belakangan fenomena kedua ini (setelah fenomena tulisan alay; read : over-active) muncul. Ketika seseorang mengharapkan suatu info yang penting dari kawanan di jejaring sosialnya namun ternyata yang muncul di HOME FBnya hanyalah curhatan-curhatan, dan pemberitahuan kegiatan-kegiatan yang terkadang malah sangat pribadi atau justru sangat umum sehingga tidak penting untuk dipublikasikan, biasanya menimbulkan kekecewaan dan keresahan yang mendalam. Hehe – tapi ada juga yang cuek bebek ga perduli, mungkin karena orang-orang seperti ini benar-benar menghargai kebebasan, atau emang cool yang kebablasan?? who knows :D
FUTURE!!!
Then, how about twitter?
Yaaa yang menjadi pertanyaan BESAR saya di sini adalah : BAGAIMANA DENGAN TWITTER? Sebenarnya juga banyak para pengguna twitter yang kalau saya lihat-lihat nih yaa, menunjukkan fenomena ‘over-active’ yang pada facebook menjadi salah satu fenomena ke-alay-an. Yaaa memang bukan dari segi bentuk penulisan simbol-simbol alfabet yang berubah atau kecil GEDE kAyAk gIni sIh.. tapi lebih kepada update / tweets yang tiap menit tiap detik di twitter sehingga memenuhi TL (timeline) para pengguna twitter (tweeps) lainnya. Kadang hanya untuk memberitahukan hal-hal yang tidak penting, kegalauan-kegalauan tiada akhir, dan hal-hal lainnya yang menimbulkan kotroversi antara penting dan tidak penting deh pokoknya :D
Nah, seperti yang kita tau jejaring sosial TWITTER masih terbilang berumur muda dibanding FACEBOOK (maksudnya baru baru-baru ini dikenal masyarakat Indonesia gitu deh). Jadi dari twitter ini sebenarnya kita bisa berkaca bagaimana kehidupan di facebook dulu saat facebook masih hangat-hangatnya. Nah kalau begitu bisa disimpulkan fenomena ‘over-active’ seperti ini sebenarnya wajar di setiap pengguna jejaring sosial yang baru. Bisa saja suatu saat twitter tidak lagi sehidup sekarang, bisa saja penggunaannya kembali bergerak, para penggunanya tidak lagi menggunakan twitter untuk sekadar post tweets yang sepele atau terlalu keseharian seperti sekarang.
Yaaa lagi-lagi saya bilang ingat saja apa yang terjadi pada para pengguna facebook yang dinamis.
Jadi semua ini sebenarnya hanyalah sebuah fase. Sejauh apa fase dikendalikan atau mengendalikan pemikiran-pemikiran para pengguna jejaring sosial tersebut. Mulai dari fase menggebu-gebu, fase biasa-biasa aja, sampai pada fase jenuh. Jadi alangkah bijaksananya (hehe ciyeeee) jika kita tidak men’judge’ seseorang yang menampakkan fenomena seperti ini secara berlebihan. Karena mungkin saja kita dahulu juga ternyata seperti itu. *waak curcool, HIHIHIHI :D
Lagipula siapa tau ketika di FB kita men’judge’ seseorang sebagai “alayers” karena kegiatannya yang ‘over-active’ itu, ternyata kita sendiri di akun jejaring sosial lain yang notaben lebih hot dan baru, juga melakukan hal yang sama. Jadi pesannya adalah jangan terlalu menganggap remeh seseorang atau para alayers atau apalah, yaa mungkin saja mereka masih di fase menggebu-gebu karena baru mengenal jejaring sosial tersebut. Tapi untuk orang-orang yang suka ‘over-active’ juga sebaiknya menyadari sebelum disadari (ancaman halus, wkwk), dan berusahalah untuk dapat menyesuaikan diri saat berada di jejaring sosial yang notabennya merupakan forum umum yang penggunanya bukan cuma kamu dan mbahmu sajaaa.. Jadi tidak semua hal mesti disebarluaskan. Wokeh!!
Dan untuk tim alay yang tulisannya suka kecil GEDE k4y4K 9iNiH nIcH.. sungguh sebagai mahasiswi bahasa saya merasa prihatin dan jelas terganggu, dan pasti begitu juga dengan banyak manusia di luar sana, jadi pesan saya adalah : menyadari kesalahan dan mau berubah itu jauh lebih baik dibanding tidak menyadari sama sekali, dan tidak menyadari sama sekali itu jauh lebih baik dibanding menyadari tapi tidak mau mengakui dan berubah jadi lebih baik. HORRASS! :D
SUBSTANSI PEMBAHASAN
- Fenomena ‘over-active’ sebenarnya umum terjadi pada fase menggebu-gebu. Dan mereka yang masih mengalami fenomena ini di saat orang lain banyak yang sudah mengalami fase jenuh, baru itu yang patut dipertanyakan (-,,-a) ?#$!!
- Apakah para pengguna twitter suatu saat akan mengalami pergeseran batas tingkat ke-alay-an seperti pada para pengguna facebook? Biarkan waktu yang menjawab :D
- Jangan terlalu kejam pada orang yang kau anggap alay, karena siapa tau dulu dirimu juga alay *e he he he, tapi yang penting adalah mau menyadari ke-alay-an dan mau berubah. Jadi buat yang karakter penulisannya masih kecil GEDE k4y4K gInI NiCh.. SEMANGAT UNTUK BERUBAH!!!
Akhir kata saya ucapkan wassalam, sekian dan terimakasih – diNd4 Hn (uupss hehe :p)